MAN KEPADA ALLAH (5/5)
"Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dibawa turun oleh Ar-Ruh Al- Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. dengan bahasa Arab yang jelas."
(Surah Asy-Syu'ara: 192-195)
Kita mengimani bahwaAllah 'Azza Wajalla Maha Tinggidi atas seluruh makhluk-Nya, baik dzat maupun sifat-sifat-Nya. Karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman:
"... Dan Dia-Jah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."
(Surah Ai-Baqarah; 255)
"Dia-lahYang Maha Berkuasa. di atas sekalian hamba- hamba-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui."
(Surah Al-An'am: 18)
Dan kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala beradadi atas 'Arsy, sepertidisebutkan dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah Yang telah men ciptakan langit dan bumi dalam enam masa. kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. mengatur segala urusan ..."
(Surah Yunus: 3)
Istiwa' Allah di atas 'Arsy, ialah bersemayamnya Diadi atas 'Arsy sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya, tiadayang dapatmengetahuihakekat Istiwa' Allahtersebut kecuali Dia sendiri.
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala meskipun di atas 'Arsy-Nya, Dia senantiasa bersama makh luk-Nya: mengetahui segala ihwal mereka, mendengar segala perkataan mereka, melihat segala perbuatan mereka, mengatur segala urusan mereka, memberi rizki kepada siapa yang memerlukan, mencukupi yang kekurangan, memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, mencabut kekuasaan dari siapa yang dikehendaki-Nya, memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya. Hanya ditangan-Nya segala kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.1 Kalau Allah itu demikian halnya, maka benar-benar Dia bersama makhluk-Nya sekalipun Diaberada di atas mereka, di atas 'Arsy dengan sesungguhnya.
Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Surah Asy-Syura: 11)
Kita tidak sependapat dengan Hululiyah2, seperti: Jahmiyati* dan lainnya, yang berpendapatbahwa Allah berada di bumi ini bersama makhluk-Nya. Dan kita berpandangan bahwa orang yang berpendapat demikian adalah kafir, atau sesat, karena dia telah memberikan kepada Allah sifat yang tak layak dengan keagungan-Nya.
Kitapun mengimani berita tentang Allah yang telah disampaikan oleh Rasulullah, ShaUallahu 'Alaihi Wasallam, bahwa: "Allah - Tabaraka Wa Ta'ala - pada setiapmalam turun ke langit terendah, ketika tinggal sepertiga malam yang terakhir, seraya berfirman:
"Barangsiapa yang berdo'a kepada-Ku maka akan Aku kabulkan do'anya, barangsiapa yang memohon ke pada-Ku akan Aku beri permohonannya, dan barang siapa yang meminta ampunan kepada-Ku maka akan Aku ampuni dosanya."
Kita mengimani bahwa Allah, Subhanahu Wa Ta'ala, akan datang pada hari kiamat untuk memberikan keputusan kepada para hamba-Nya, sebagaimana firtnan Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Janganlah demikian! Apabila bumi digoncangkan berturut- turut dan datanglah Tuhanmu sedang para malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu didatangkan nereka Jahannam, pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi peringatan itu baginya."
(Su rah Al-Fajr: 21-23)
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Maha Berbuat apa yang dikehendaki-Nya."
(Surah Al-Buruj: 16)
Kita mengimani bahwa iradah (kehendak) Allah itu ada dua macam:
1. Iradah Kauniyah, artinya segalayang dikehendaki Allah pasti terjadi, tetapi tidak mesti hal itu dicintai-Nya. Inilah yang disebut Masyi'ah. Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"... Kalau Allah menghendaki. tidaklah mereka berbunuh- bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang di kehendaki-Nya."
(Surah Al-Baqarah: 253)
"... Jika Allah menghendaki untuk menyesatkanmu. Dia adalah Tuhanmu. dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
(Surah Hud: 34)
2. Iradah Syar'iyah, yaitu apa yang dikehendaki oleh Allah kepada hamba-Nya, yang sifatnya tidak mesti terjadi, tetapi apa yangdikehendaki-Nya iniadalah sesuatu yang dicintai-Nya. Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Dan Allah hendak menerima taubatmu ..."
(Surah An- Nisa': 27)
Kita mengimani bahwa iradah Allah, yang Kauniyah maupun Syar'iyah, adalah sesuaidengansifat hikmah (kebijaksanaan)- Nya. Segala hal yang telah ditentukan Allah dalam alam semesta ini atau syari'at yang telah diperintahkan Allah kepada umat manusia untuk beribadah kepada- Nya, sesungguhnya adalah untuk suatu hikmah dan sesuai dengan sifat hikmah (kebijaksanaan)-Nya, baik hikmah itudapat kita ketahui atau akal pikiran kita tidak mampu untuk mengetahuinya. Karena Allah telah berfirman:
"Bukankah Allah itu Hakim yang sebijak-bijaknya?"
(Surah At-Tin: 8)
"... Dantiada yang lebih bijak hukumnya daripada Allah bagi orang-orangyang meyakini."
(Surah Al Ma'idah:50)
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencintai para auliya'-Nya dan merekapun mencintainya, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Katakanlah (Muhammad): "Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah Aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu ...")
(Su rah Al 'Imran: 31
"... maka Allah tentu akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya dan merekapun mencintai-Nya ..."
(Surah Al-Ma'idah: 54)
"... Dan Allah itu mencintai orang-orang yang sabar.
(Surah Al 'Imran: 146)
"... Dan berbuat baiklah. sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik."
(Surah Al-Baqarah: 195)
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala meridhai segala amal dan ucapan yang disyariatkan-Nya dan membenci segala hal yang dilarang-Nya, firman-Nya:
"Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya. Tetapijika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu."
(Surah Az- Zumar: 7)
tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka. Allah melemahkan keinginan mereka dan dikatakan kepada mereka: Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."
(Surah At-Taubah: 46)
Kita mengimani bahwaAllah Subhanahu Wa Ta'ala me ridhai orang-orang yang beriman dan beramal saleh, firman-Nya:
"Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada- Nya. Yang demikian itu. adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya."
(Surah Al-Bayyinah: 8)
Kitapun mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala murka kepada orang-orang kafir dan selain mereka yang berhak mendapatkan kemurkaan-Nya. Firman Allah Sub hanahu Wa Ta'ala:
"... (yaitu) Orang-orang yang berprasangka buruk kepada Allah, mereka akan mendapat giliran kebinasaan yang amat buruk dan Allah murka kepada mereka ..."
(Surah Al-Fath: 6)
"... Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah roenimpanya dan baginya adzab yang besar"
(Surah ^n-Nahl: 106)
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempunyai wajah yang disifati-Nya dengan keagungan dan kemuliaan, firman Allah:
"Dan tetap kekal wajah Tuhanmu. yang mempunyai keagungan dan kemuliaan."
(Surah Ar-Rahman: 27)
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempunyai dua Tangan yang Agunglagi Mulia, firman-Nya:
"... tetapi kedua Tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana yang dikehendaki-Nya ..."
(Surah Al- Ma'idah: 64)
"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan seluruh langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan."
(Surah Az-Zumar: 67)
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempunyai dua Mata yangsebenarnya, firman-Nya:
"Dan buatlah bahtera itu dengan (pengawasan) mata Kami ..."
(Surah Hud: 37)
Sabda Nabi ShaUallahu 'Alaihi WasaUam-.
niscaya sinar kemuliaan wajah-Nya akan membakar segala makhluk-Nya yang terkena pandangan Mata- Nya ..."
Dan Ahlussunnah sepakat bahwa Mata Allah adalah dua, berdasarkan sabda Nabi ShaUallahu 'Alaihi Wasallam, ten tang Dajjal:
"... Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya. tetapi Tuhanmu tidaklah buta sebelah mata-Nya ...
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. sedang Dia mengetahui segala yang melihat. Dan Dia-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui."
(Surah Al-An'am: 103)
Kita mengimani bahwa kaum Mu'minin akan melihat Allah pada hari kiamat, sebagaimana firman-Nya:
"Wajah-wajah (kaum mu'minin) pada hari itu berseriseri. kepada Tuhannya mereka melihat"
(Surah Al-Qiyamah: 22-23)
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya.
"... Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Surah Asy-Syura: 11)
Kita mengimani bahwa Allah tidak pernah mengantuk dan tidak pernah pula tidur, karena Dia Maha Hidup dan Maha Menegakkan urusan makhluk-Nya; tidakberlaku zhalim, karena Dia Maha Adil; tidak lalai terhadap segala amal perbuatan hamba-Nya, karena Dia Maha Awas dan Maha Mengetahui.
Kita mengimani bahwa tidak ada sesuatu dilangit atau dibumi yaiigfliiflt bagi Allah, karena Dia Maha Tahu dan Maha Kuasa. Firman-Nya:
"Sesungguhnya perintah Allah apabila menghendaki sesuatu hanyalah dengan berfirman kepadanya: "Jadilah!". maka terjadilah ia."
(Surah Yasin: 82)
Dan bahwa Allah tidak pernah letih atau penat, karena Dia Maha Kuat. Firman-Nya:
"Dan sungguh telah Kami ciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa. dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan."
(Surah Qaaf: 38)
Kita mengimani kebenaran seluruh asma* dan sifat bagi Allah, yang telah ditetapkan langsung oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan ditetapkan oleh Rasulullah ShaUaUahu 'Alaihi WasaUam. Tetapi kita menjauhkan diri dari dua larangan besar, yaitu: tamtsU ialah mengatakan dalam hati atau dengan lisan bahwa sifat Allah itu seperti sifat makhluk; dan takyifialah mengatakan dalam hati atau dengan lisan bahwa hakekat sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah demikian.
Dan kita mengimani kesucian Allah dari segala sifat yang telah dinafikan (ditolak) langsung oleh Allah Subha nahu Wa Ta'ala dan dinafikan (ditolak) oleh Rasulullah ShaUaUahu 'Alaihi WasaUam, dengan mengimani bahwa penafian (penolakan) tersebut mengandung penetapan kesempurnaan sifatyang sebaliknya.
Adapun sifat yang tidak difirmankan oleh Allah dantidak disabdakan oleh Rasul-Nya, tidak ditetapkan dan tidak pula dinafikan, maka dalam hal ini kita bersikap diam.
Kita berpandangan,bahwa menempuh jalan (cara) ini adalah wajib, tidak boleh ditawar lagi. Hal itu demikian, karena apayangtelah ditetapkan ataudinafikan olehAllah terhadap diri-Nya adalah \berita yang disampaikan Allah mengenai diri-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Tahu akan diri-Nya sendiri, lebih benar firman-Nya dan lebih baik penuturan-Nya. Sedang makhluk tidak akan dapat menge tahui hakekat Allah dengan sebenar-benarnya.
Begitu pula apa yang telah ditetapkan atau dinafikan oleh Rasulullah terhadap Allah adalah berita yang disampai kan Rasulullah tentang Allah, Subhanahu Wa Ta'ala, sedangkan beliaulah manusia yang paling mengetahui Allah, hamba yang paling jujur, paling benar dan paling jelas keterangannya.
Hanya dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan sabda Rasulullah ShaUaUahu 'Alaihi WasaUam terdapat ilmu yang sempurna, kebenaran yang hakiki dan keterangan yang jelas. Karena itu, tidak ada alasan untuk menolaknya atau ragu-ragu di dalam enerimanya.
Nash-Nash Al-Qur'an dan Sunnah Wajib Ditetapkan
Dan Dipahami Menurut Zbahir dan Hakekatnya Yang
Sesuai Dengan Kemuliaan dan Keagungan Allah.
Semua halyangtelah disebutkan tadi tentang sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, secara terinci atau global, baikitu berupa itsbat (penetapan) ataupun nafy (penolakan),
dalam masalah tersebut kita benar-benar berlandaskan pada Al Qur'an serta Sunnah dan berpijak atas manhaj yang telah dianut para salaf dan imam pembawa kebenaran yang datang sesudah mereka.
Kita berpandangan bahwa nash-nash Al Qur'an dan Sunnah wajib ditetapkan dan dipahami menurut zhahir dan hakekatnya yang sesuai dengan kemuliaan dan ke agungan Allah, 'Azza Wa JaUa.
Tetapi kita menjauhkan diri dari cara-cara:
- Ahli tahrif, yaitu orang-orang yang menyelewengkan nash-nash dari makna sebenarnya yang dimaksud oleh Allah dan Rasul-Nya kepada makna yang lain.
- Ahli ta'thti, yaitu orang-orang yang mengingkari makna sebenarnya yang dimaksud oleh Allah dan Rasul-Nya, yang terkandung dalam nash-nash tersebut. - Ahli ghuluw, yaitu orang-orang yang bertindak melampaui batas dengan memahami nash-nash tersebut secara tamtsU (menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk) atau bersusah-payah melakukan takyif (menentukan bahwa hakekat sifat Allah itu adalah demikian).
Kita meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa apa yang disebutkan dalam Al-Qur'an maupun Sunnah adalah haq, tidakada pertentangan antara satu nashdengan nash lain. Karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman:
"Apakah mereka tidak memperhatikan (dengan seksama) Al-Qur'an ini? Andaikata Al-Qur'an ini berasal dari selain Allah niscaya mereka akan mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya "
(Surah An- Nisa': 82)
Selain itu, karena pertentangan di antara berita-berita berarti pendustaan berita yang satu terhadap berita yang lain. Padahal ini adalah mustahil dalam berita yang disam paikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya ShaUaUahu 'Alaihi WasaUam.
Barangsiapa yang mengaku bahwa ada pertentangan dalam Kitab Allah, atau dalam Sunnah Rasulullah, atau diantara keduanya; maka orang tersebut mempunyai maksud jahat dan hatinya telah menyimpang dari kebenaran. Maka hendaklah ia segera bertaubat kepada Allah dan melepaskan diri dari kesesatannya.
Dan barangsiapa berprasangka bahwa ada pertentangan dalam Kitab Allah atau dalam Sunnah Rasulullah, atau diantara keduanya; itu disebabkan karena ilmunya yang sedikit, atau pemahamannyayang masih kurang, atau perhatian yangdicuTahkannya belum cukup. Maka hendaklah ia menuntut ilmu dan bersungguh-sungguh di dalam memahami, sehingga akan jelas baginya kebenaran. Jika belumjuga jelas baginya kebenaran tersebut, hendaklah ia memasrahkan masalah ini kepada Allah Yang Maha Tahu dan menghilangkan prasangkanya tadi serta mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang telah mendalam ilmu pengetahuannya, seperti difirmankan Allah Subhanahu Wa Ta'ala-.
"... Dan orang-orang yangmendalam ilmu pengetahu annya mereka berkata: 'Kami beriman kepadanya. Semuanya itu dari sisi Tuhan kami..."
(Surah Al 'Imran: 7)
Kemudian, hendaklah iameyakini bahwa tidakada per tentangan serta perseJisfhan dalam Kitab Allah, atau dalam SunnaJ? Ra$ululiah a&n di antara keduanya.